Cetak Laba Rp 11,76 T & Valuasi Menarik: Sekuat Apa TLKM?

Foto: REUTERS/Beawiharta

Valuasi saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang terdiskon semakin membuka peluang lebih tinggi untuk diakumulasi sebagai invetasi jangka panjang.

Valuasi TLKM melihat dari Enterprise Value (EV) terhadap EBITDA saat ini berada di 4,28 kali, lebih rendah dari rata-rata EV/EBITDA selama lima tahun di 5,38 kali sebagai acuan harga wajar-nya yang setara Rp3.620 per lembar.

Jika dibandingkan dengan harga TLKM per 30 Juli 2024 di Rp2.880 per lembar, maka peluang upside masih atraktif, mencapai 25,70%.

Valuasi yang terdiskon dari TLKM ini tercipta karena harga saham yang masih dalam tren penurunan, sementara laba perusahaan mengalami perlambatan. Meski begitu, yang menarik adalah posisi valuasi saat ini sudah terlampau murah bahkan berada di posisi setara Oktober 2020 atau sekitar tiga tahun yang lalu.

Harga saham TLKM sendiri sejak awal tahun memang masih terkoreksi sekitar 27%, sementara untuk kinerja keuangan hingga Semester I/2024 mengalami perlambatan laba dengan pertumbuhan yang turun 8,46% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp11,76 triliun dari setahun sebelumnya sebesar Rp12,75 triliun.

Meskipun begitu, dari sisi top line atau pendapatan TLKM masih mencatat kenaikan sebesar 2,47% yoy menjadi Rp75,29 triliun dari setahun sebelumnya Rp73,47 triliun. Bila dirinci, jumlah pendapatan TLKM disumbang oleh jumlah pendapatan data, internat, dan jasa teknologi informatika sebesar Rp38,41 triliun, naik tipis 0,03% yoy. Pendapatan Indihome tercatat Rp12,97 triliun.

Seiring dengan kenaikan tersebut, perusahaan telekomunikasi dan jaringan pelat merah ini mencatatkan kenaikan terhadap sejumlah biaya dan beban.

Di antaranya beban operasi pemeliharaan dan jasa telekomunikasi naik

Di antaranya beban operasi pemeliharaan dan jasa telekomunikasi naik menjadi Rp19,46 triliun dari setahun sebelumnya Rp19,17 triliun, biaya penyusutan dan amortisasi naik menjadi Rp16,12 triliun dari sebelumnya Rp15,94 triliun, beban karyawan menjadi Rp9,48 triliun dari Rp7,84 triliun.

Kemudian beban interkoneksi menjadi Rp3,54 triliun dari sebelumnya Rp3,09 triliun, dan beban umum dan administrasi menjadi Rp3,35 triliun dari sebelumnya Rp3,33 triliun.

Perlu dicatat, kenaikan beban karyawan terutama karena ada program pensiun dini yang menelan biaya Rp1,24 triliun atau setara Rp460 juta per karyawan. Menariknya disini, jika mengeluarkan pos ini dari beban, EBITDA perusahaan sebenarnya masih bisa tumbuh positif 2% yoy pada kuartal kedua tahun ini.

Dari sisi operasional, selama setengah tahun ini, Average Revenue Per User (ARPU) di segmen mobile cenderung turun -4,9% yoy menjadi Rp45.200 seiring dengan peluncuran Telkomsel Lite yang menyasar konsumen dengan pendapatan menengah ke bawah.

Meski begitu, momentum pertumbuhan pelanggan tetap kuat di mana TLKM mencatat kenaikan jumlah pelanggan seluler 4,3% yoy menjadi 159,9 juta, sementara pelanggan internet broadband Indihome tumbuh lebih ekspansif, 10,9% yoy menjadi 10,5 juta dengan ARPU di Rp241,500.

Lalu lintas data juga terlihat tumbuh positif, dalam satu semester ini berhasil naik 11,7% yoy menjadi 9,75 juta TB, diikuti juga dengan pertumbuhan menara yang semakin ekspansif, hingga 16,4% yoy menjadi 265.900 unit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*