Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris, kini tengah menjadi sorotan. Pasca mundurnya petahana Presiden Joe Biden, ia menjadi kandidat kuat untuk dicalonkan Partai Demokrat AS di pemilu presiden (pilpres) November.
Beberapa pihak mulai mempertanyakan visi dan misinya, termasuk kebijakan perempuan keturunan Afrika Amerika-India itu. Salah satunya soal perang Israel di Gaza , Palestina.
Mengutip AFP, Harris yang blak-blakan tentang perang Gaza mengisyaratkan kemungkinan perubahan arah kebijakan AS terhadap Israel saat ini. Hal itu ditandai dengan bakal absen-nya perempuan 59 tahun itu dari agenda di Kongres AS untuk mendengarkan pidato Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu Rabu (24/7/2024).
Para analis menyebut sikap Harris merupakan sinyal yang jelas tentang kekhawatirannya atas jatuhnya korban sipil di Gaza. Korban tewas di Gaza sendiri hampir mencapai 39.006 jiwa dengan 89.818 orang luka.
Ia sebenarnya tak pernah menentang Biden terkait Israel. Namun, berulang kali, ia menjadi pejabat pemerintah AS yang paling lantang menyerukan gencatan senjata dalam konflik tersebut.
“Dengan tersingkirnya Biden secara mengejutkan dari persaingan Gedung Putih, Harris memiliki kesempatan untuk membuat catatan baru pada isu yang berisiko menjauhkan sebagian besar pemilih Demokrat menjelang pemilihan umum November,” kata direktur penelitian di Soufan Group Colin Clarke.
“Masalah Israel-Gaza adalah masalah yang paling sering terjadi antara Biden dan Harris, dan saya pikir akan ada orang-orang di dalam kubunya yang akan mendorongnya untuk membuat perbedaan itu eksplisit,” tambahnya.
Biden sangat mendukung perang Israel terhadap Hamas sejak serangan kelompok itu pada 7 Oktober dan terus memberikan bantuan militer meskipun ada ketegangan dengan Netanyahu. Walau Harris tidak berbeda pendapat dengan Biden dalam masalah ini, pernyataannya tentang konflik tersebut dikatakan lebih bernuansa.
Pada Maret, ia menyerukan kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri apa yang disebutnya “penderitaan yang sangat besar”. Ia pun mengkritik Israel atas pengiriman bantuan yang tidak memadai ke Gaza.
Ini juga diharapkan membalikkan potensi kekalahan Partai Demokrat di negara bagian Michigan, yang merupakan rumah bagi populasi Arab-Amerika yang besar. Kebijakan Biden telah membuat banyak pemilih Demokrat marah dan mengancam harapan partainya untuk menang.
“Perang adalah area di mana Harris dapat ‘memilih sedikit pertikaian publik’ yang diatur dengan Biden,” kata direktur Sekolah Media dan Urusan Publik Universitas George Washington, Peter Loge.
“Itu juga akan membantu membedakannya dari dukungan sepenuhnya Trump untuk Israel,” tambahnya.
“Harris memiliki kesempatan untuk memiliki posisi yang sedikit lebih bernuansa, yang mengakui kekhawatiran tersebut sambil tetap mendukung Israel. Untuk menciptakan sedikit jarak agar kelompok (mereka yang marah dengan dukungan untuk Israel) itu merasa baik-baik saja,” kata Loge.