Investor pasar keuangan RI bersiap menyambut bulan baru pekan ini yakni September. Pasar keuangan Indonesia yang menghijau pekan lalu diharapkanĀ bisa menjadi modal baik pekan ini di tengah buruknya tren pasar bursa dan rupiah pada September.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah akan bergerak lebih volatile, dipengaruhi oleh rilis data ekonomi hingga agenda penting di sepanjang pekan ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman tiga artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.
Pada perdagangan Jumat (30/8/2024), IHSG mencatatkan penguatan sebesar 0,57% di level 7.670,73. Penutupan harga IHSG tersebut merupakan level tertinggi sepanjang masa. Dan dalam sepanjang Agustus 2024, IHSG tercatat melesat 5,72%.
Dalam sepekan IHSG juga melesat 1,68%.
Tercatat nilai transaksi atau turnover IHSG berada di angka Rp26,74 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 23,35 miliar lembar, terdiri dari 310 saham naik, 274 turun dan 207 tidak berubah.
Rekor-rekor baru IHSG yang tercipta di sepanjang Agustus, didorong oleh data-data ekonomi Indonesia yang baik. Pada awal Agustus 2024, inflasi Indonesia periode Juli 2024 tercatat turun menjadi 2,13%, dari 2,51% pada periode Agustus 2024.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2024 sebesar 5,05% (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut juga didukung dengan inflasi yang rendah dan terkendali pada angka 2,13% pada bulan Juli 2024. Selain itu, angka pertumbuhan ekonomi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain, seperti China (4,7%), Singapura (2.9%), Korea Selatan (2,3%), dan Meksiko (2,24%).
Kemudian, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 mencatatkan surplus sebesar US$ 0,47 miliar. Surplus perdagangan Juli 2024 terdiri atas surplus nonmigas sebesar US$ 2,61 miliar dan defisit migas sebesar US$ 2,13 miliar.
Kemudian, nilai ekspor Indonesia Juli 2024 mencapai US$22,21 miliar atau naik 6,55% dibanding ekspor Juni 2024. Dibanding Juli 2023 nilai ekspor naik sebesar 6,46%.
Adapun, nilai impor Indonesia Juli 2024 mencapai US$21,74 miliar, naik 17,82% dibandingkan Juni 2024 atau naik 11,07% dibandingkan Juli 2023.
Dari suku bunga, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20-21 Agustus 2024.
Suku bunga deposit facility juga tetap 5,5%, kemudian suku bunga lending facility tetap sebesar 7%.
Tumbuhnya perekonomian Indonesia pada periode Juli mendorong penguatan IHSG yang signifikan disepanjang Agustus 2024.
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Jumat (30/8/2024) rupiah ditutup melemah 0,26% terhadap dolar AS di posisi Rp15.450/US$1. Pelemahan tersebut mematahkan penguatan rupiah dalam dua hari beruntun. Akan tetapi, rupiah berhasil mencatatkan penguatan di sepanjang Agustus 2024 sebesar 4,95%. Penguatan sebulan sebesar 4,95% adalah yang tertinggi sejak April 2200 atau lebih dari empat tahun. Dalam sepekan, rupiah juga masih perkasa yakni menguat 0,23%.
Penguatan rupiah di sepanjang Agustus, didorong oleh jatuhnya indeks dolar Amerika Serikat (AS) di sepanjang Agustus 2024 sebesar 2,3% di level 101,69 hingga perdagangan Jumat (30/8/2024).
Optimisme dalam pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reverse (The Fed) yang akan dijadwalkan pada bulan ini menjadi landasan penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Selain itu, harapan pemangkasan suku bunga AS kini makin kian nyata usai negeri paman Sam tersebut merilis hasil inflasi periode Juli 2024. Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) atau inflasi AS periode Juli 2024 membukukan kenaikan yang lebih rendah dari yang diharapkan, naik 2,5% dari level tahun lalu dan tidak berubah dari periode Juni 2024 sebesar 2,5%. Sebelumnya, para ekonom memperkirakan indeks PCE akan naik 2,6%, dan dengan hasil inflasi yang lebih rendah, kini The Fed dipandang mampu memangkas suku bunga pada bulan ini.
Kemudian, tidak termasuk harga makanan dan energi yang fluktuatif, PCE inti meningkat 0,2% untuk periode Juli 2024 tetapi naik 2,6% dari tahun lalu, akan tetapi sedikit lebih rendah dari estimasi sebesar 2,7%.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Jumat (30/8/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat 0,12% di level 6.634 dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Dalam sepanjang Agustus 2024, pergerakan imbal hasil obligasi RI tenor 10 tahun bergerak menguat 3,81%.