Manusia Rp 1.000 Triliun dari Kalimantan, Bisnis Kayu hingga EBT

Foto: Infografis/Prajogo Pangestu, Dulu Sopir Angkot Kini Terkaya ke-3 RI/Arie Pratama

Kekayaan Prajogo Pangestu, pemilik grup Barito telah menyalip Hartono bersaudara dan pemilik Bayan Resources Low Tuck Kwong.

Mengutip data Forbes, Minggu (21/7/2024), Prajogo tercatat memiliki harta US$ 61,1 miliar atau nyaris Rp 1.000 triliun. 

Kisah Prajogo terbilang menarik, karena dia memulai karier dari bawah alias bukan lahir dari keluarga konglomerat. 

Pria yang lahir dan besar di Kalimantan ini merupakan anak dari pedagang karet. Dia harus puas hanya mengenyam pendidikan tingkat pertama karena terbentur ekonomi. Berdasarkan buku Investigasi – Prajogo Pangestu dan Hutan Kita yang Meranggas, dalam satu perjalan hidupnya, Prajogo bahkan disebut pernah bekerja sebagai supir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak dan membuka bisnis menjual bumbu dapur dan ikan asin.

Di sela pekerjaan, pada suatu saat dia bertemu dengan Burhan Uray seorang pengusaha kayu asal Malaysia. Dari sana, Prajogo bergabung dengan PT Djajanti Grup yang dimiliki Burhan pada 1969.

Kariernya cukup mentereng dengan menjabat General Manager Pabrik Plywood Nusantara hanya dalam waktu tujuh tahun bekerja. Namun setahun berikutnya dia memutuskan keluar dan membeli sebuah perusahaan bernama CV Pacific yang tengah mengalami krisis keuangan.

Prajogo meminjam uang dari bank untuk bisa membeli Pacific. Pinjaman itu berhasil dikembalikan hanya dalam waktu satu tahun.

Dari Pacific ini yang kemudian berubah menjadi PT Barito Pacific. Perusahaan tersebut menjelma sebagai perusahaan kayu terbesar di tanah air pada masa orde baru.

Berikutnya dia memperluas bisnisnya, yakni dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrochemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.

Barito Pacific mengakusisi 70% Chandra Asri. Pada 2011, perusahaan petrokimia itu bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar tanah air.

Kini bisnis Prajogo telah menyentuh sektor energi baru terbarukan. Perusahaan miliknya, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) bisa dibilang menjadi pemegang kunci Bursa Efek Indonesia saat ini. 

Pergerakan naik dan turun BREN sangat memengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tidak heran, kapitalisasi pasar BREN sempat menyalip PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menyandang emiten paling jumbo di Pasar Modal Tanah Air. 

Per Jumat (19/7/2024), BREN memiliki kapitalisasi pasar Rp 1.167,28 triliun, persis satu peringkat di bawah BBCA. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*