Beberapa emiten di Indonesia terpantau memiliki free cash flow yang besar alias arus kas bebas, sehingga dapat memberikan gambaran bahwa emiten tersebut memiliki fundamental yang cukup baik.
free cash flow merupakan arus kas yang dihasilkan perusahaan setelah dikurangi dengan depresiasi, investasi modal seperti pembaruan mesin dan gedung serta juga pembayaran pajak.
Dengan kata lain, free cash flow adalah sisa kas yang dimiliki oleh perusahaan setelah investasi dan membayar kegiatan operasionalnya.
Terdapatnya free cash flow di dalam perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari kegiatan operasinya. Hal ini akan memberikan gambaran kepada investor apakah perusahaan mampu untuk mempertahankan keberlangsungan kegiatan operasinya.
Selain itu, free cash flow juga menggambarkan fleksibilitas keuangan perusahaan karena perusahaan akan memiliki arus kas yang tersedia untuk melakukan pembelian kembali saham perusahaan, pembayaran hutang kepada kreditor, atau pembayaran deviden kepada pemegang saham. Dengan demikian, nilai perusahaan akan berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan free cash flow.
Hingga laporan keuangan kuartal I 2024, terdapat 20 saham yang memiliki free cash flow (TTM) yang besar.
Sektor perbankan mengisi posisi dua teratas. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tercatat memiliki free cash flow sebesar Rp61,68 triliun, sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp59,29 triliun. Keduanya pun masih mencatatkan laba bersih atau Net Profit Margin (NPM) di atas 30%.
Di posisi ketiga diisi oleh sektor telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan free cash flow sebesar Rp29,88 triliun, dan net profit margin (NPM) positif di 16,07%.
Emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) memang cukup banyak yakni ada 934 emiten hingga 17 Juli 2024. Investor pun kini harus membutuhkan waktu ekstra untuk memilih emiten mana yang cukup baik dan layak untuk dikoleksi dengan aman.
Biasanya investor memilih saham blue chip yang dikenal memiliki kapitalisasi pasar yang besar, mencapai di atas Rp10 triliun. Akan tetapi sebenarnya masih banyak sudut pandang yang dapat investor pilih sebagai alternatif mencari saham yang layak diinvestasikan selain masuk dalam kategori saham blue chip.
Investasi kental dengan sebuah fundamental, salah satunya dapat dilihat dari free cash flow. Bahkan tidak menutup Tidak menutup kemungkinan free cash flow yang besar dapat digunakan sebagai dasar oleh perusahaan untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham.