Punya Gaji Besar Itu Bukan Berarti Pasti Kaya!

Ilustrasi gaji pertama
Foto: iStockPhoto

Memiliki penghasilan yang tinggi memang merupakan sebuah berkah, tetapi hal ini tidak selalu berarti seseorang bisa lantas disebut kaya.

Kekayaan seseorang secara finansial lebih tepat diukur melalui kekayaan bersih. Kekayaan bersih adalah jumlah sebenarnya dari seluruh kekayaan yang dimiliki setelah dikurangi dengan utang yang belum dilunasi.

Untuk mengetahui nilai kekayaan bersih Anda, caranya adalah dengan menjumlahkan semua aset yang Anda miliki dan menguranginya dengan total utang yang masih ada.

Misalnya, jika Anda memiliki aset berupa rumah, tabungan, saham, reksa dana, emas, kendaraan, dan lain-lain senilai Rp 500 juta, namun juga memiliki utang sebesar Rp 200 juta yang belum terbayar, maka kekayaan bersih Anda adalah:

Rp 500 juta – Rp 200 juta = Rp 300 juta

Ketika membahas soal pendapatan atau gaji, perlu diingat bahwa hal tersebut bukanlah aset. Dalam keuangan pribadi, pendapatan dicatat dalam laporan arus kas, sedangkan aset dan utang dicatat dalam laporan posisi keuangan.

Makin besar pendapatan makin besar kemampuan akumulasi kekayaan

Dengan penghasilan yang besar, seseorang tentu bisa memiliki kemampuan yang baik untuk melakukan akumulasi aset-aset yang bisa menambah kekayaannya di masa depan.

Namun saat seseorang memiliki penghasilan tinggi namun diiringi dengan pengeluaran kebutuhan pokok dan gaya hidup yang juga tinggi, besar kemungkinan dia tidak memiliki sisa dana yang bisa dialokasikan untuk berinvestasi atau membeli aset-aset yang nilainya bisa naik di kemudian hari.

Tidak akan ada batasan yang wajib ditentukan untuk pengeluaran seputar kebutuhan hidup maupun hiburan, namun ketika pengeluaran ini menjadi bersifat variabel (tidak tetap), maka besar kemungkinan jumlahnya akan terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu karena faktor inflasi.

Lantas bagaimana cara memanfaatkan pendapatan yang besar untuk menambah nilai kekayaan?

Cara mudahnya adalah dengan menentukan pengeluaran untuk menabung dan investasi di awal, atau lebih tepatnya saat Anda menerima penghasilan.

Sebut saja, saat seorang mengalokasikan uang sebesar 30% dari pendapatan per bulannya untuk menabung dan investasi, maka dia hanya memiliki sisa uang 70% dari pendapatan untuk membiayai hidup dan melakukan apa yang dia inginkan.

Mau tidak mau, orang yang bersangkutan akan menyesuaikan pengeluarannya dengan sisa uang yang ada. Jika memang jumlah sisa uang tersebut dirasa kurang, maka dia harus memaksa diri untuk hidup lebih hemat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*